Wedding Organizer, Perlu atau Tidak??
Saat ini pertanyaan yang sangat membayang-bayangi saya adalah perihal WO.
Ketika kakak perempuan saya menikah, dia tidak menggunakan WO sama sekali. Acara pun berjalan dengan lancar. Pak Anjar dari Taruma bisa merangkap menjadi WO ketika resepsi, kami hanya cukup memberikan PIC dari keluarga 2 orang untuk pegang kunci (angpao dan ruang keluarga) dan untuk makanan. PS: saya sedikit merangkap menjadi seksi repot di pernikahan kakak saya dan kakak saya memang sehari-hari bekerja di bidang event.
Sedangkan kakak laki-laki saya, memilih untuk menggunakan WO. Karena menurut dia, biar tidak pusing ketika hari H, ada yang bantu urus-urus perintilan kecil. Kakak saya dan istrinya memang bukan tipe orang yang terlalu detail untuk mengurus event seperti ini.
Sekarang kembali kepada saya, apakah saya akan menggunakan WO atau tidak:
- Poin (+) menggunakan WO: bisa menjadi teman ngobrol dan konsultasi, dibantu untuk rundown acara, bisa diminta untuk contact dengan vendor, bisa jadi seksi repot untuk beres-beres barang ketika resepsi, pihak keluarga tidak ada yang direpotkan.
- Poin (-) menggunakan WO: MAHAL. Hahahaha. Saya sudah sempat mengumpulkan pricelist beberapa WO, yang paling murah 7 juta, itupun setelah dikurangi 1 kru menjadi hanya 5 kru. Beberapa WO ternama rata-rata range harganya sudah di atas 10 juta.
Jadi, keputusan saya saat ini (tidak tahu masih akan berubah atau tidak): Tidak Pakai WO
Berikut beberapa pertimbangan saya:
- Acara wedding kami sangat simple. Saya dan cami bukan tipe capeng yang rewel dan banyak maunya. Kami sendiri juga memandang pernikahan bukan sebagai sesuatu event yang harus berjalan dengan sebagus dan sesempurna mungkin. Kami sama-sama berpendapat kalau hal yang terpenting adalah kehidupan setelah menikah, sehingga penghematan budget adalah salah satu pertimbangan terbesar kami. (Ini hanya pendapat kami saja, tanpa bermaksud untuk menyinggung siapapun. Kami mengerti ada capeng lain yang sangat mengidam-idamkan pernikahan yang sempurna dan tidak ada salahnya dengan hal tersebut)
- Saya dan cami tidak keberatan untuk sedikit repot ketika hari H.
- Kakak perempuan saya akan membantu saya untuk mengurusi hal-hal kecil.
- Saat ini saya sudah mulai menyiapkan rundown, timeline dan checklist untuk pernikahan. Jadi gambaran untuk jalannya acara sudah ada bayangan karena sudah 2x saya mengikuti prosesi pernikahan dari awal sampai akhir.
- Pak Anjar bisa menjadi WO ketika resepsi (dengan memberikan PIC keluarga 2 orang) dan MC bisa membuatkan rundown acara resepsi (sebelumnya rundown dan susunan foto keluarga akan saya buat terlebih dahulu untuk dikonsultasikan).
Semoga keputusan saya ini merupakan keputusan yang tepat. Memang saya akan lebih repot dalam persiapan dan di hari H, namun itu sudah merupakan resiko atas keputusan saya.
Adakah para capeng yang sudah lulus tanpa menggunakan WO??
Apakah terjadi hal yang membuat pernikahan terasa tidak sempurna??
Boleh minta wejangannya??
Thanks yah sudah menyempatkan untuk membaca.
"The most important thing is not the wedding, but the marriage."
Komentar
Posting Komentar